Thursday, October 19, 2006

Menulis Tulisan Ilmiah Berdasarkan Psikologis Pembaca

-- Improving the quality of writing actually improves the quality of thought -- George D. Gopen & Judith A. Swan [1990]
Tulisan-tulisan ilmiah seringkali berat untuk dibaca. Berbeda ketika kita membaca bahan bacaan lainnya seperti koran, majalah populer, atau novel, maka tulisan-tulisan itu dapat kita selesaikan dalam waktu yang singkat dan kepala kita tidak pusing karenanya. Sebagian besar orang berasumsi bahwa kesulitan membaca tulisan ilmiah muncul karena bahan-bahan tersebut bukan merupakan bahan bacaan yang sedang dibutuhkan apalagi tulisan ilmiah memiliki kerumitan konsep dan struktur tersendiri. Membaca tulisan ilmiah memerlukan konsentrasi yang tinggi.

Tujuan utama penulisan ilmiah tidak hanya sekedar menyajikan informasi dan pemikiran belaka, namun lebih kepada aktivitas komunikasi yang dijalankannya. Maksudnya seorang peneliti tidak hanya sekedar memindahkan data temuannya ke dalam kalimat atau paragraf saja. Namun penulis juga harus memperhatikan kondisi psikologis pembaca saat membaca tulisannya. Oleh karena itu penting bagi penulis untuk bisa mempelajari retorika penulisan, linguistik, dan psikologis pembaca.

Sebenarnya tulisan ilmiah dapat lebih mudah dibaca oleh pembaca awam sekali pun dengan jalan menyusun gaya penyampaian dan penampilan yang lebih komunikatif tanpa mengurangi isi dan maknanya. Lalu muncul sebuah pertanyaan, bagaimanakah seharusnya tulisan ilmiah yang informatif dan mudah dibaca oleh pembaca lain? Gopen dan Swan (1990) memberikan beberapa solusi dengan mengembangkan suatu metode penulisan naskah ilmiah berdasarkan pada kondisi psikologis pembaca.

Dugaan Pembaca. Pada dasarnya pembaca tidak hanya membaca pada apa yang ada di depannya, pembaca juga mencoba untuk menginterpretasikan informasi yang muncul dalam tulisan tersebut. Ia mencoba menemukan petunjuk-petunjuk atau simbol-simbol pada struktur kalimat yang dapat mempermudah untuk memahami makna atau substansi tulisan itu.
Penjelasan mengenai struktur dan substansi sebuah kalimat dapat dibandingkan pada format data secara tekstual dan tabulasi. Pembaca cenderung lebih mudah untuk menginterpretasikan pada format data tabulasi. Bentuk tabulasi lebih sederhana dan mudah dipahami, dan suatu hal yang lebih penting bahwa pembaca dapat dengan mudah menginterpretasikan kaitan suatu keadaan (waktu) dengan suatu informasi yang diakibatkan olehnya (suhu). “Keadaan” diletakkan di sebelam kiri dan “informasi” diletakkan di sebelah kanan. Hal ini memberikan dampak keteraturan dalam logika pembaca, pembaca akan mencari informasi yang penting di sebelah kanan tulisan. Informasi akan lebih mudah dan sederhana untuk dipahami pembaca bila informasi tersebut diletakkan pada tempat dimana pembaca cenderung untuk menemukannya.

Fungsi kalimat. Pembaca menduga bahwa setiap bagian tulisan (kalimat, paragraf, seksi) memiliki fungsi tunggal. Ketika setiap bagian memiliki lebih dari satu fungsi, pembaca akan bingung dalam menentukan pokok pikirannya. Maka tulislah setiap kalimat hanya untuk menjelaskan satu pokok pikiran saja.

Arah kalimat. Pembaca biasanya mengerti arah dan maksud kalimat dari kata kerjanya. Apabila kalimat tidak berstruktur dengan baik, hal ini akan membingungkan dan membosankan pembaca, terkadang justru akan menghilangkan sebagian informasi yang ingin kita sampaikan. Oleh karena itu, susunlah kalimat dengan struktur bahasa yang baik dan benar agar pembaca tetap tertarik pada tulisan kita.

Topik. Posisi topik pembahasan biasanya berada pada bagian permulaan kalimat. Pembaca mencari topik kalimat untuk mendapatkan (1) fokus perhatian (orang, tempat, benda, atau konsep yang akan didiskripsikan); (2) mata rantai antara informasi sebelum dan sesudahnya; dan (3) konteks kalimat itu sendiri. Untuk menghindarkan kebingungan pembaca dalam menemukan fokus bahasan, hubungan antar kalimat, atau relevansi tiap kalimat maka letakkanlah ketiganya pada bagian permulaan kalimat.

Tekanan kalimat. Posisi penekanan kalimat berada di akhir sintaksis, misalnya di bagian akhir anak kalimat (clause), akhir kalimat (sentence), atau akhir seksi (section). Pembaca biasanya menduga informasi yang diinginkan berada pada bagian akhir kalimat. Ketika pembaca mendapatkan informasi yang diharapkan, ia akan memberikan perhatian yang lebih besar pada posisi itu. Bila ungkapan penting dari materi tidak tampak pada posisi penekanan kalimat, pembaca tidak akan memperhatikannya. Untuk membantu pembaca mendapatkan interpretasi yang benar, yakinkan bahwa materi yang ditekankan disesuaikan dengan fungsi bagian kalimat di atas.

Kalimat yang mengalir. Pembaca menginterpretasikan kalimat dengan mudah ketika kalimat tersebut mengalir dengan baik, misalnya dari informasi lama ke informasi yang baru atau dari kalimat biasa ke kesimpulan. Untuk membuat kalimat tersebut mengalir dengan baik, hendaknya kita menempatkan informasi lama dalam posisi topik atau fokus bahasan, dan menempatkan informasi baru pada posisi penekanan kalimat.

Kesenjangan logika, Informasi baru yang terdapat pada posisi penekanan kalimat tidak sepenuhnya digunakan sebagai pernyataan untuk menunjukkan adanya kesenjangan logika dalam sebuah kalimat. Pastikan bahwa informasi baru tersebut terdapat dalam posisi penekanan sebagai salah satu bagian dari kesimpulan akhir atau ditulis setelah informasi lama.

Referensi:
Gopen, G.D. & J.A. Swan. (1990). The Science of Scientific Writing. American Scientist. Nov-Dec 1990, Vol. 78; 550-8.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home